BUPATI Bojonegoro Raden Tumenggung Ario Sosrodilogo, yang juga saudara ipar Pangeran Diponegoro konon pernah marah dan memimpin perlawanan ke pemerintah Inggris.
Hal ini setelah Keraton Yogyakarta dipaksa melakukan perjanjian dengan Inggris pada 1 Agustus 1812 membuat kerugian besar pada kesultanan Yogya.
Di perjanjian tersebut, keraton memang cukup dirugikan, karena beberapa lahan dan sumber daya alam yang dimiliki harus diangkut Inggris dengan mudah. Sementara wilayah Kesultanan Yogyakarta juga harus dikuasai Inggris karena perjanjian.
Perjanjian pada 1 Agustus 1812 itu mengesahkan evolusi politik yang disebabkan oleh serangan Inggris. Pada pandangan Raffles, perjanjian tersebut menempatkan keraton-keraton sedemikian rupa dalam posisi sangat lemah, sehingga tidak mampu lagi membahayakan stabilitas keamanan daerah itu.
Sebagaimana dikutip dari “Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro : 1785 – 1825”, dari Peter Carey di pasal dua juga penting, karena berisi tuntutan agar penguasa keraton membubarkan kekuatan militer mereka.
Pasal ini ditujukan terutama untuk Yogya, di mana Sultan Sepuh Hamengkubuwono II pernah membangun kekuatan militer yang cukup diperhitungkan.
Maka ketika perjanjian itu diteken pasukan yang berkekuatan antara 8.000-9.000 personel kesultanan ini dibubarkan. Namun sebelum dibubarkan sebenarnya, pada Agustus 1812, Raffles mencoba mengirim mereka ke Kalimantan Timur, untuk bekerja di perkebunan-perkebunan milik Alexander Hare pada 1775-1834, sahabatnya yang megalomaniak.
Baca Juga: Balkon Fest Gelaran Pesta Rakyat untuk Warga Wringinputih
Follow Berita Okezone di Google News
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
Quoted From Many Source